Sabar Ya Dek
Pagi itu, seperti biasa, anak-anak saya yang nomor dua dan nomor tiga bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kami tinggal di sebuah desa yang tenang, dengan jarak sekolah sekitar lima kilometer dari rumah. Setiap pagi, mereka akan menunggu angkutan umum yang akrab kami sebut "angkot." Tapi di sini, di Serambi Nusantara, angkot bukanlah angkutan kota. Lebih tepatnya, ini adalah angkutan desa, yang menghubungkan sudut-sudut kecil kampung kami. Anak-anak saya jarang naik angkot, biasanya kami antar sendiri. Namun, ada kalanya tugas memanggil, dan angkot menjadi pilihan. Ada sesuatu yang lucu tentang gaya mereka setiap kali naik angkot. Seolah-olah mereka sedang menikmati perjalanan menuju petualangan baru, padahal itu hanyalah perjalanan ke sekolah. Hari itu, seperti biasa, angkot datang dengan langkah lambat, berhenti di depan rumah kami. Anak-anak melompat masuk, bersemangat untuk memulai hari mereka. Namun, tak lama setelah angkot melaju, tiba-tiba berhenti lagi. Ada masalah d...